sastra bondowoso

GELIAT BARU SASTRA MADURA

Sebagai sebuah bagian komunitas sastra, Bondowoso memiliki tipikal yang tidak jauh beda dengan belahan Madura lainnya. Genitik sastra yang tumbuh dan berkembang di wilayah Madura dan daerah tapal kuda lainnya, Bondowoso juga mendapatkan pengaruh yang luar biasa. Sebut saja seni mocopat, pantun( papareghan ), kidung ( tembang) yang berkembang di Madura juga tak sulit kita jumpai di kawasan yang dibabat oleh Raden Bagus Asra itu.Karena dalam sejarahnya Raden Bagus Asra berasal dari pulau garam itu.

Lima tahun terakhir ada gejala baru di Bondowoso. Puisi Bahasa Madura mendapatkan respon yang cukup dimasyarakat pencinta sastra dan budaya Madura. Yang menjadi faktor pendorong bangkitnya sastra lokal ( puisi bahasa Madura ) adanya wadah para pencinta dan pelestari Bahasa Madura yang bernama Tim Pangrabat Bhasa Madhura Kabupaten Bondowoso yang dikomandani Guntur, Marsudin HS, dan Kukun Sugiarto berdiri sejak era 90an. Melalui lembaga ini gagasan segar muncul seputar kiat-kiat untuk melestarikan bahasa dan sastra madura.Maka lahirlah buku –buku yang diterbitkan oleh Tim Pangrabat Bhasa Madhura sebagai referensi bagi para guru manakala harus mengajarkan Bahasa Madura.

Sekitar tahun 2005 mulai muncul gagasan untuk melombakan puisi berbahasa Madura.Melalui event Pameran dan Bursa Buku bekerjasama dengan Kantor Perpustakaan Daerah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso ide tersebut bisa terealisasi. Dan diluar dugaan, ternyata respon dari guru-guru dan pencinta bahasa Madura luar biasa. Peserta dari usia anak SD mencapai 80 peserta. Sejak itulah lomba baca puisi berbahasa Madura menjadi kegiatan rutin disetiap kegiatan Pameran dan Bursa Buku sekaligus menjadi ajang berkompetisi bagi anak usia TK hingga SMA dan umum.

Dan..... gayungpun bersambut.Komunitas lain yang bernuansa melestarikan bahasa Madura mulai membuat event –event serupa.MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran ) Bahasa Madura juga pernah membuat kegitan serupa.

Dari kegiatan lomba baca puisi di Bondowoso, ada yang membuat kita tersenyum bangga yakni materi puisi yang dilombakan seratus persen karya penyair –penyair lokal Bondowoso, seperti Marsudin Hs, Kukun Sugiarto, dan Yusuf Wibisono.Yang membuat kami bangga, ternyata kualitas dan nilai seni dari mereka ternyata tidak kalah dengan penyair –penyair yang sudah menasional. Sebut saja puisi berjudul Ponapa Bha’nengan karya H.Marsudin Hs, yang berisi tentang dahsyatnya tsunami , atau puisi berjudul Pa’ Santawi karya Yusuf Wibisono yang menceritakan nasionalisme dan kepahlawanan dari tokoh lokal itu.

Dari event-event lomba dan adanya wadah bagi para penyair untuk mengekspresikan karya –karyanya kita yakin sastra Madura ( puisi berbahasa Madura) akan semakin berkembang. Dan pada saat yang bersamaan akan lahir penyair –penyair daerah( lokal ) yang akan memperkaya hasanah sastra Indonesia. Tentu semua terpulang kepada stakeholder untuk lebih merespon gagasan –gagasan mencerahkan. Bravo sastra kita. ( dimas mulyono. Prajekan.Bondowoso )